Moms,
saya ingin share kembali pengalaman waktu anak saya, Raka, mengalami
kejang demam di umurnya yang 2 tahun. Tulisan ini saya kirimkan ke Mommies Daily hampir 2 tahun yang lalu.. smoga bermanfaat ya..
--------------------------------
Kejang demam sangat umum terjadi pada balita, namun tak
bisa dipungkiri bila kejang demam menyerang, seakan mampu membuat
jantung orangtua manapun berhenti berdetak untuk beberapa saat. Hal
itulah yang kurasakan pada saat anakku Raka mengalami kejang demam untuk pertama kalinya.
Saat itu bulan Februari, Raka baru saja merayakan ulang
tahunnya yang ke-2. Lepas seminggu dari hari bahagia itu, di pagi hari
seperti biasanya Raka bangun dengan ceria. Ia terlihat bersemangat
bermain bersama papanya di halaman depan rumah. Saat itu kuraba dahi
anakku, terasa hangat. Aku masih mengira-ngira apa pemicu demam anakku
ketika teringat bahwa termometer yang biasa kupakai untuk mengukur suhu
tubuhnya rusak. Aku pun segera berinisiatif untuk membeli termometer
yang baru di apotek terdekat.
Saat diukur, termometer menunjukkan angka 39,1 derajat
Celcius. Jantungku berdegup, kenapa suhu badannya tiba-tiba tinggi
sekali. Dengan perasaan khawatir segera kuberikan Raka parasetamol dengan
dosis sesuai usianya. Tak berapa lama Raka terlihat mengantuk, lalu
secara mendadak badannya seperti tersentak kaget seperti sedang
bermimpi. Aku sedikit tercekat, tetapi tetap berusaha tenang. Seketika
itu juga terlintas kejang demam di pikiranku, tetapi segera kubuang
jauh-jauh ketakutan itu karena aku tahu bahwa tak ada riwayat kejang
demam baik di dalam keluargaku maupun keluarga suamiku. Apalagi selama
ini setiap Raka demam tidak sampai mengalami kejang padahal suhu
tubuhnya pernah mencapai 40 derajat Celcius.
Sesampainya di rumah, aku sempat menyiapkan bed cover
yang kubentangkan di lantai, agar bila Raka benar terserang kejang, aku
bisa membaringkannya di permukaan yang luas, rata dan bebas dari
barang-barang berbahaya. Meskipun aku terlihat siap dalam menghadapi
kejang ini, tapi sebenarnya dalam hati aku sama sekali tidak
mengharapkannya terjadi pada anakku.
Kurang lebih satu jam kemudian, kucek lagi suhu tubuhnya.
Angka yang tertera di termometer tidak bergerak turun. Tanpa berpikir
panjang aku segera menelepon kediaman DSA anakku untuk membuat janji.
Suamiku pun juga segera kuhubungi. Aku bersyukur di saat seperti ini
suamiku bisa meluangkan waktu dari perkerjaannya untuk menemani kami.
Raka mengalami kejang dalam perjalanan ke dokter. Sangat
mengejutkan karena 10 menit yang lalu suhu tubuhnya sudah turun di
angka 37,5 derajat Celcius. Saat itu adalah situasi yang sangat
menegangkan bagi kami. Kejadiannya begitu cepat dan tiba2, dalam posisi
duduk kupangku di mobil, tubuhnya tersentak dan berguncang hebat
secara berulang-ulang. Matanya berkedip-kedip, mulutnya kaku dan
nafasnya tersenggal-senggal. Bersamaan dengan itu pula bibirnya pun
pucat dan membiru. Benar-benar pemandangan yang menyayat hati.
Kuteriakkan namanya sambil ber-istiqfar tetapi ia tidak
merespon. Serangan kejang berlangsung tak lebih dari 5 menit, tapi itu
adalah menit-menit terlama yg pernah kualami sepanjang hidupku.
Setelah kejang usai, Raka menjadi sangat lemas. Tubuhnya
yang tadi kaku menjadi lunglai, matanya setengah terbuka dan kulihat
dia masih mengalami kesulitan bernapas. Kepanikan membuat kami tak bisa
berpikir jernih, kami bahkan tak menyadari bahwa yang terjadi pada
Raka adalah serangan kejang demam. Di tengah kemacetan Jakarta, kami
berputar arah berusaha mencapai RS terdekat secepat mungkin.
Sesampainya di IGD suhu badan Raka ternyata mencapai 39,9 derajat
celcius. Paramedis segera mengompres badannya dengan air hangat serta
memberikan obat anti kejang (Diazepam 0,5mg )dan penurun panas Ibuprofen
melalui dubur. 15 menit kemudian, kesadarannya mulai kembali.
Perlahan-lahan bibirnya mulai memerah dan dia pun menangis memanggilku.
Alhamdulilah..
Raka dirawat di RS selama 2 hari untuk mencari tahu
penyebab demamnya, yang ternyata belakangan diketahui bahwa biang
keladinya adalah virus Roseola. Demam yang naik
secara tiba-tiba itulah yang memicu terjadinya kejang. Sepulang dari RS,
kami segera berkonsultasi dengan DSA kami tercinta, Dr.Waldi
Nurhamzah. Penjelasan beliau yang sangat informatif membuat kami merasa
tenang. Pada umumnya kejang sederhana atau Simple Febrile Seizure
(merupakan definisi kejang yg dialami Raka), adalah kejang yang terjadi
di seluruh tubuh, tidak berulang dalam 24 jam, dan lamanya < 15
menit) tidak berbahaya serta tidak memberi efek buruk pada perkembangan
otak maupun fisik si anak. Kejang demam biasanya terjadi pada hari
pertama sakit di saat suhu badan merangkak naik secara cepat.
Bila anak baru pertama kali mengalami kejang memang
disarankan untuk diobservasi guna mencari penyebab demamnya, meskipun
sebenarnya tidak perlu sampai dirawat inap. Kejang demam sederhana
tidak memerlukan penanganan yang berlebihan, bahkan sebenarnya tidak
memerlukan obat apapun juga. Adalah lebih penting untuk mencari tahu
penyebab demamnya daripada fokus kepada kejang demam itu sendiri. Yang
harus dilakukan pada saat anak mengalami kejang yaitu cukup dibaringkan
dalam posisi miring di atas permukaan yang rata dan bebas dari
benda-benda berbahaya. Menaruh sendok atau benda apapun juga kedalam
mulut anak juga tidak disarankan karena justru akan membahayakan
keselamatan si anak.
Menurut beliau lagi, dilihat dari usia Raka saat mengalami
kejang pertama kali yaitu di atas 1 tahun, jenis kejangnya, serta tidak
adanya histori kejang demam pada keluarga, maka kemungkinannya untuk
berulang menjadi sangat kecil. Namun memang tidak menutup kemungkinan
bahwa Raka bisa mengalaminya lagi paling tidak sampai usianya menginjak
5 tahun. Pengalaman ini jelas membuat kami semakin waspada. Kami
mungkin sudah siap bila suatu saat nanti Raka mengalami serangan kejang
lagi. Obat penurun panas dan anti kejang (Diazepam oral maupun rectal)
adalah obat yang wajib disediakan di rumah. Meskipun begitu aku selalu
berharap semoga kejang yang Raka alami tempo hari lalu adalah kejang
pertama dan yang terakhir.
Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi mommies
semua. Sehingga kita sebagai orangtua bisa lebih waspada, bersikap
tenang dan tidak panik bila suatu saat kejang demam menyerang anak
kita.
Raka, 4yo